A. Konsep Dimensi Uang dari Perspektif Sosial-Budaya
Uang dari perspektif sosiologi dilihat sebagai subjek utama daripada topik-topik yang terkait dengannya. Dengan mempertimbangangkan sejarah sosial, ekonom dan ahli antropologi ekonomiyang memberikan gambaran secara eksplisit konsepsi uang dari sosiologi. Dalam point pertama ini, dijelaskan bagaimana sosiologi memandang “uang” dengan membandingkan konsepsi uang dari dua kelompok professional antara kelompok ekonomi dan antropologi/budaya.
Pertama adalah Uang sebagai alat pertukaran, pembayaran, penyimpanan, dst. Kebanyakan sosiolog mendefinisikan uang sebagai sesuatu yang tidak lebih dari uang tunai, mata uang, dan permintaan deposit. Sedangkan para ekonom mendefinisikan uang lebih luas (aset financial sebagai persetujuan pembelanjaan kembali, pasar uang yang independen, surat berharga, obligasi, sampai financial masa depan). Meskipun demikian ada beberapa kriteria dari para sosiolog tentang “uang” dimana tidak terdapat dalam kriteria “uang” para ekonom. Contohnya status sosial sebagai funsi pengganti uang (Coleman, 1990). Berbeda dengan sosiolog dan ekonom, antropolog ekonomi fokus pada uang primitive dan uang modern (Dalton, 1967). Uang primitive atau pun modern dapat dipahami melalui konteknya. Uang modern dan primitive diturunkan dari definisi ciri-ciri uang yang muncul dari organisasi sosioekonomi. Uang modern terdapat dalam suatu integrasi sosiol oleh pasar. Uang primitive ada pada saat stateless, premarket, dan noncapitalist society .
Kedua, Uang (aktivitas ekonomi) tidak otonom. Konsepsi sosiolog tentang uang tidak seperti ekonom yang berpikir bahwa ekonomi bagian dari masyarakat. Sosiolog menolak ide bahwa ekonomi dapat berjalan secara otomatis. Pasar contohnya dianggap sebagai institusi social (Baker, 1984, 1990; Baker & Iyer, 1992; Burt, 1983, 1988; White, 1981). Sebenarnya, White (1988) mengatakan “Aktivitas pasar adalah sangat sosial seperti jaringan atau feudal tentara”. Pada dunia nyata pelaku ekonomi tidak otonom, tidak bebas, dan di bawah masyarakat, terlebih tindakan ekonomi melekat pada struktur social (Granovetter, 1985).
Ketiga, Uang adalah kekuasaan (penggunaan). Para sosiolog mengenali kegunaan uang yang lebih luas yaitu uang sebagai kekuatan. Parsons dan Smelser (1956) sebagai contoh pada catatan “uang mewakili kekuatan pembelanjaan untuk mengendalikan keputusan dalam penukaran suatu barang… dan itu merupakan symbol dari kegiatan. Weber (1922/1978) juga menegaskan pengendalian dan kekuatan dari tindakan ekonomi: “Money-Price”. Dia berpendapat “Apakah produk dari pertentangan bunga dan setuju bahwa merupakan hasil dari kumpulan kekuatan. Uang terlebih lagi merupakan senjata utama untuk berjuang. Uang menjelaskan banyak definisi dan digunakan dalam banyak bidang social. Zelizer (1989) analisis uang domestic contohnya menjelaskan bagaimana pendapatan laki-laki dan simpanan wanita (yang disebut uang pin) yang didefinisikan dan diperlakukan berbeda (lihat juga Ayers dan Lambertz, 1986).
Framework Sociology of Money
Selanjutnya Kerangka Sosiologi dari uang dapat dibedakan menjadi dua dimensi kunci. yang pertama perspektive struktural dan yang kedua perspektif kultural, masing-masing ada microlevel dan macrolevel. Pada dimensi Struktural uang melihat apa peran uang dan apa hubungannya. Dalam Micro level, uang adalah objek hubungan interpersonal (missal: hubungan penjual dan pembeli), dan dalam Macro level uang merupakan mekanisme hukum dan politik pengaturan pasar dan perdagangan. Sedangkan dalam dimensi Kultural, uang itu berdasarkan klasifikasi kognitif dan makna. Dalam micro level uang mempengaruhi nilai, perilaku dan keyakinan individu, sedangkan dalam Macro level uang mempengaruhi sistem keyakinan dan makna.
Posisi ilmu sosiologi berada di antara perspektif-perspektif uang yang dibicarakan, uang dapat menjadi variabel independen Sosiolog klasik (Weber, Marx, Simmel) maupun variable dependen Sosiolog Kontemporer (Zelizer, 1989; Baker 1987). Pada variable independen uang sebagai penyebab, katalis, atau fasilitator perubahan sosial, misalnya penawaran akan uang menyebabkan kebijakan moneter. Sedangkan pada dependen variable uang sebgai akibat, konsekuensi, atupun hasil dari hubungan sosial atau makna kultural. Sebagi contoh peran berdasarkan kelamin dan kekuasaan asimetris dalam keluarga (dependen) mempengaruhi oleh bagaimana domestic money diartikan dan digunakan (independen). Pola-pola perdagangan keuangan (dependen) merefleksikan distribusi hubungan kekuasaan antara aktor individu dan perusahaan (independen)
B. Konsep dimensi Uang dari Perspektif Politik
Dari Segi Primitive & Modern Money
1. Personalisasi (primitive money) => pertukaran kebutuhan dan face to face (barter)
Dari segi primitive money, kita tahu bahwa dahulu kala orang ingin mendapatkan sesuatu dengan cara melakukan barter atau melakukan pertukaran kebutuhan. “saya punya tenaga dan saya butuh makan”, “saya punya ikan dan saya butuh ayam”, dan lain sebagainya merupakan sedikit gambaran mengenai barter. Timbul pertanyaan bagaimana kalau sesuatu yang ditukarkan itu nilainya tidak setara ?. Apakah tenaga yang diberikan setara dengan makan yang diberikan ?, apakah satu keranjang ikan setara dengan satu ekor ayam ?. ada free will disini, ada kemauan atau kebutuhan kedua bela pihak atau ada konsensus yang terjadi diantara kedua bela pihak.
2. Depersonalisasi (modern money) kebebasan memilih individu dan pihak ketiga
Diasumsikan bahwa kamu bebas untuk membeli apa yang kamu inginkan, dari siapa yang kamu mau, ketika kamu inginkan, dan dapat menerima atau menolak suatu kondisi dibawah pemeblianmu. Berarti terdapat suatu kekuasaan dalam uang tersebut yang digunakan oleh sipembeli
Dari Segi Kekuasaan dan Politik
1. Uang adalah Kekuasaan
Uang dimaknai sebagai sesuatu yang lain ketika mereka yang memiliki uang dapat mempengaruhi itu menggunakan kekuatan uang untuk memajukan kepentingan mereka. Uang dalam kekuasaan dapat dimaknai menjadi dua hal, pertama sebagai Kekuasaan (konkret) adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain (A à B). Orang yang berkuasa adalah mereka yang memiliki, meminjamkan, dan memindahkan uang untuk tujuan tertentu . Kedua uang sebagai Kekuasaan (abstrak) adalah hubungan relasional yang beroperasi dan membentuk subjek (A ßà B). Kekuasaan bukan pada ‘uang’ tapi makna dan prosedur ‘uang’ . Uang adalah kekuasaan jika semua berkeyakinan bahwa uang adalah segalanya dan tunduk pada prosedur/metode.
2. Uang adalah Politik
Setiap pilihan tentang uang mencerminkan hasil dari sebuah kontes politik. Artinya, untuk setiap pilihan kebijakan, ada beberapa aktor yang lebih suka terhadap kebijakan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Wayne Baker and Jason Jimerson. 1992. The Sociology of Money The American Behavioral; Jul/Aug 1992; Vol. 35, No. 6; pg. 678-293
Jonathan Kirshner, 2003. Money is Politics, Review of International Political Economy 10:4 November 2003: hal 645-660.
UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Frans Seda (2004)Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Berimbang dan Dinamis pada Masa Orde Baru, dalam Heru Subiyantoro dan Singgih Riphat, Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi, Badan Analisis Fiskal, Departemen Keuangan, hal 3-23
Mardiasmo (2008) Kebijakan Desentralisasi Fiskal di Era Reformasi: 2005-2008, dalam Heru Subiyantoro dan Singgih Riphat, Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi, Badan Analisis Fiskal, Departemen Keuangan, hal 561-578
M. bird, Richard dan Francois Vaillancourt. Desentralisasi Fiskal di Negara-Negara Berkembang : Tinjauan Umum.
Boediono. Kebijakan Fiskal : Sekarang dan Selanjutnya. Jakarta.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Iskandar, Djojosubroto, Dono. Koordinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia. Jakarta
http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya diakses pada 26 maret 2011
http://thestory4u.wordpress.com/2010/09/16/kebijakan-moneter-indonesia-pasca-krisis-subprime-mortgage-di-us/ diakses pada 28 April 2011
http://ahok.org/laporan-kerja/baleg/presentasi-ta-baleg-terhadap-pembentukan-ruu-revisi-uu-keuangan-negara/ diakses pada 28 April 2011
http://birohumas.jatimprov.go.id/index.php/component/content/article/34-berita-humas/297-pakde-karwo-paparkan-program-apbd-untuk-rakyat diakses pada 28 April 2011
http://els.bappenas.go.id/upload/other/UU%20Keuangan%20Negara%20perlu%20diubah-BI.htm diakses pada 28 April 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah diakses pada 28 April 2011
No comments:
Post a Comment