September 23, 2009

REVOLUSI BUDAYA CHINA

 
Salah satu Fungsi utama Negara adalah memajukan rakyatnya dan memberi kesejahteraan. Bagaimana hal ini dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan melakukan revolusi kebudayaan. Kenapa harus Budaya ? Budaya merupakan hasil dari Cipta, rasa, karya dari manusia yang berarti seluruh gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat, itu berarti budaya merupakan hal yang principal dalam kehidupan manusia. Polapikir, tindakan anak bangsa yang kurang kreatif, kurang inovatif, terlalu serba instant itu sangat mempengaruhi hasil karyanya di massa depan, hal ini juga berpengaruh pada perkembangan Negara itu sendiri.
Dari uraian diatas, dalam pembahasan ini kami mencoba mengulas sedikit tentang Revolusi Budaya China. Kanapa China ? karena memiliki sejarah yang sangat panjang dan kelam dalam masalah revolusi budaya yang ditulis dengan tintah dara segar dan kebohongan oleh Partai Komunis China. Gerakan yang dilakukan partai ini dapat dibag menajadi beberapa periode. Pertama Lompatan jauh Kedepan (Great Leap Forward) tahun 1958-1966. Kedua revolusi kebudayaan itu sendiri yaitu periode luas gejolak sosial politik anatara tahun 1966 samapi 1976 yang mengakibatkan kekacauan nasional dan perekonomian berantakan. Ketiga Pembantaian Lapangan Tiananmen (1989). Dan yang keempat sampai sekarang ini Penganiayaan terhadap Falun Gong (1999-sekarang). Namun kami hanya menitik beratkan pada pertama dan kedua saja dimana samapi pada Revolusi budaya yang dijalankan oleh Mao, selanjutnya akan diulas sedikit saja.
Bermual dari setelah Partai Komunis China mendapat kekuasaan yang di pimpin oleh Mao Zedong meluncurkan kebijakan pertamanya yaitu yang dikenal dengan lompatan jauh kedepan “Great Leap Forward”. Mao Zedong yang menyatakan bahwa kapitalisme “borjuis liberal” harus dihapuskan pasca revolusioner melalui perjuangan kelas pikiran dan tindakan generasi muda china dengan membentuk Red Guard diseluruh negeri.gerakan ini kemudian menyebar ke militer, pekerja perkantoran, dan pemimpin partai itu sendiri. Pada tahun 1958 setelah replita pertama, Mao Zedong lewat programnya yang pertama yaitu Great Leap Forward untuk membuat negaranya mandiri (masyarakat komunism) berusaha meningkatkan produksi bajanya. Program ini juga diikuti dengan pembentukan komune ( Cultural Nexus of Power) dipedesaan melalui penggunaan kolektif buruh dan mobilisasi masa. Dalam program tersebut para petani dipaksa untuk dimobilisasi dalam meningkatkan produksi baja. Alhasil karena para pertain yang tidak memiliki kemampuan cukup dalam bidang ini membuat dampak baja yang dihasilkan memiliki kualitas rendah.
Hasil pertanian pun merosot tajam, karena pekerjaan membuat baja tersebut memaksa petani meninggalkan pekerjaan mereka. Peralatan seperti cangkul, sabit pun juga kut dilebur untuk dijadikan baja. Namun Mao Zedong terus mengekspor Gandum untuk menyelamatkan mukanya di mata dunia. Kelaparan-kelaparan meraja lela dan semakin mebesar. Akibatnya kelaparan Nasional itu telah merengngut nyawa kurang lebih 40 jiwa dan dijelaskan secara resmi sebagai tiga tahun bencana alam.
Selanjutnya revolusi kebudayaan pada tahun 1966 sampai 1976. setelah kegagalan Mao Zedong dengan “great leap forward”nya yang menuai kririk dalam pertemuan komite sentral oleh Marsekal Peng Dehuai, menyatakan bahwa kegagalan karena kesalahan manajemen dan borjuis kecil. Dan akhirnya mao mengundurkan diri dan digantikan oleh pemimpin-pemimpin yang lain seperti Liu Shaoqi, Premier Zhounlai dal lain sebagainya.
Namun, permasalahan baru dmulai, meningkatanya konflik antara Mao Zedong dan Liu Shaoqi. Pada masa ini merupakan faham kiri yang paling hiru pikuk di China. Membunuh telah menjadi sebuah cara bersaing untuk menunjukkan pendirian revolusioner seseorang, jadi pembantaian "musuh kelas" adalah luar biasa kejam dan brutal. Tujuan Mao adalah untuk merebut kembali kekuasaan setelah kegagalan "Lompatan Besar ke Depan." Itu adalah sebuah praktek pemusnahan manusia secara nasional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Revolusi Kebudayaan ini bertujuan untuk memompa semangat revolusioner dan memurnikan partai dari anasir borjuis. Selama 10 tahun sejak itu, puluhan ribu orang yang diduga mengikuti “jalan kapitalis” dibunuh dan jutaan lainnya dihukum kerja paksa.
Pembantaian Lapangan Tiananmen (1989), Partai Komunis CHina menembaki para mahasiswa di Lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989 dalam responnya atas tuntutan demokrasi setelah Revolusi Kebudayaan. Ini adalah pertama kalinya bahwa tentara PKC membunuh warga sipil di depan umum dalam rangka untuk menekan protes rakyat atas penggelapan, korupsi dan kolusi antara pejabat pemerintah dan pengusaha, dan tuntutan mereka untuk kebebasan pers, berbicara, dan berkumpul. Selama pembantaian Tiananmen, untuk menghasut kebencian antara tentara dan warga sipil, PKC bahkan membuat adegan orang-orang membakar kendaraan militer dan membunuh tentara, negara mengatur tragedi Tentara Rakyat membantai rakyatnya.
Dan yang terakhir adalah Penganiayaan terhadap Falun Gong (1999-sekarang), Penganiayaan terhadap Falun Gong, sebuah prinsip spiritual populer di China, dimulai pada bulan Juli 1999 dan terus berlanjut hingga hari ini. Jiang Zemin memberikan tiga perintah untuk tiga perintah untuk menganiaya praktisi Falun Gong: "rusak reputasi mereka, bangkrutkan mereka secara finansial, hancurkan mereka secara fisik." Para praktisi telah disiksa dan dipukuli sampai mati, dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dan diperkosa. Banyak yang telah dieksekusi, sedangkan organ-organ mereka dirampas dan dijual di pasar gelap. Puluhan ribu praktisi yang menolak memberitahukan nama mereka dicurigai telah dibunuh dengan cara ini.
Praktisi Falun Gong, Gao Rongrong telah ditangkap polisi dan dipenjara di kamp kerja paksa. Pada 7 Mei 2004, dia disiksa dengan tongkat listrik selama tujum jam terus menerus. Penyiksaan itu membakar hangus kulit wajah, kepala, dan lehernya, dan mengalami luka-luka bakar yang parah. Mukanya yang dulu berseri-seri telah penuh dengan bekas luka melepuh dan rambutnya kusut dengan nanah dan darah. Dia meloloskan diri, tetapi tertangkap dan kemudian disiksa sampai mati pada Maret 2005, di usia 37.
Banyak yang beranggapan bahwa Partai komunis Cina telah merubah kebudayaan tradisional menjadi kebudayaan partai yang sangat bengis adanya, jahat dan kejam. Menilai perjuangan bukan dari sekedar jatuhnya korban jiwa, Revolusi Kebudayaan memang brutal , tapi menilai perjuangan itu ibarat melihat seluruh hutan , tidak bisa dinilai dari pohon per pohon. Sebaiknya juga dilihat juga dampaknya bagi China di masa depan seperti yang kita lihat sekarang ini. Perbandingannya di dua abad sebelumnya.
Mao memang melakukan beberapa kesalahn, tapi juga berjasa atas kesatuan China yang tidak terpeca seperti eropa dan bahkan menjadi Negara terbesar setelah Rusia dan Canada. Alhasil kedaulatan China tetap utu, karena kesatuan dan kesatuan dari masyarakat itu terasa muncul ketika ada cobaan. Masalah kebrutalan adalah ekses dari perjuangan bersenjata yang merupakan konsekuensi dari perjuangan politik di tingkat elite seperti yang dikatakan Mao. Mao seolah berkata , biarkan saja kehancuran terjadi , kelak pembangunan terjadi dengan sendirinya.
Selanjutnya kita lihat dalam tempo 30 tahun sejak berakhirnya Revolusi Kebudayaan, China telah menjadi kandidat serius Negara adidaya. Dan “taikonot” China telah mensejajarkan diri dengan astronot dan kosmonot Negara lainnya. Dan telah berhasil menyelenggarakan Olimpiade 2008. bahkan China sendiri telah memiliki Devisa terbesar di Dunia.
Tidak ada system ideology yang sempurna , yang ada adalah system terbaik yang sesuai dengan negara yang bersangkutan. Kapitalisme Barat bisa cocok di negara – negara maju , tapi belum tentu cocok untuk negara berkembang. China yang sepanjang sejarahnya mengalami pemborosan sumber daya manusia dan alam akibat berlangsungnya perang saudara secara terus menerus. Berapa besar kerugian China akibat perang saudara berkesinambungan ini. Oleh karena itu China memerlukan sebuah pemerintahan yang kuat dan tegas seperti yang telah di tunjukkan PKC dalam memimpin China. Demokrasi yang di serukan negara-negara Barat terhadap China , hanya akan membuat China kembali terjerumus kedalam perang saudara. Yang di perlukan adalah perubahan secara bertahap, bukan dengan cara mengadopsi segala sesuatu yang sukses di tempat lain dengan cara instant.
Jadi , baik buruknya Revolusi Kebudayaan-tetap memiliki peran penting bagi perjalanan bangsa Tiongkok ke masa depan. Seperti yang di katakan Mao “, biarkan saja kehancuran terjadi , kelak pembangunan terjadi dengan sendirinya”. Revolusi Kebudayaan seperti usaha membakar ladang dengan tuntas , dan Deng sebagai suksesor Mao , tinggal menanami ladang yang telah terbakar dan mengantar China menuju lompatan raksasa seperti yang pernah direnungkan olen Napoleon.
Pihak – pihak yang hanya pandai mencari – cari kesalahan PKC dan China dan menutup mata atas keberhasilan China adalah pihak yang senang memperkeruh suasana .